Sunday, January 2, 2011

FF :: Ich Liebe Di :: Chp. 2

Title : Ich Liebe Di
Chapter : 2/?

Author : ShioRi aka SeLLy
Band(s) : The GazettE, Alice Nine
Pairing : Reituki… *Reita x Ruki*
Genre : Romance
Rating : T          Apa? Rated M? Kapan2 ajha
Warning : Yaoi ! Don’t Like Don’t Read, *sudah diingetin Lho*

Jadi, No Flame !!
Disclaimer : Fanficnya milikku, tapi GazettE+Arisu’nya punya PSC T.T, sangad disayangkan.
Summary :  Ruki terkena hantaman bola cukup keras di pipi kirinya. Seketika itu juga Ruki roboh dengan sedikit darah dibibirnya yang sobek.
Note(s) : Judul kemungkinan kagak nyambung ama isi cerita.
Karena authornya emang gak nyambung.
N’ siapain kantong plastik qLo anda muaL,, hhaha

“talk”
‘mind’
Hak Cipta Dilindungi Oleh Tuhan yang Maha Esa

Sakura, aku bagai orang bodoh melayangkan tatapanku padanya, entah ia tahu atau tidak. Margot, rasanya aku kembali hidup dengan hembusan nafasnya yang memenuhi seluruh ruang gerakku. Chamomile, cerah senyumnya mengangkat diriku untuk tegak berdiri dan berlari memeluknya. Lili, bangkitkan aku dari rengkuhan dingin tanpa cinta bersemi disela jemari tangannya. Dan teratai, mampu membuatku bertahan diatas cinta yang mengalir sayup menyejukkan jiwa.
            Sudah seminggu semenjak kepindahan Ruki ke sekolah itu, dan dalam seminggu itu juga Ruki telah sukses menjadi artis sekolah. Bukan karena Ruki ikut main dorama atau syuting iklan. Tapi karena wajah imudnya yang langsung saja menarik perhatian banyak fans, dan ditambah juga ia selalu berada disisi Reita, yang kebetulan salah satu dari Most Top Ten Wanted Boys di sekolahnya. Reita adalah teman pertama dan orang yang paling dikenal Ruki, jadi Ruki selalu bersama Reita sambil ia beradaptasi dengan situasi sekolahnya. Dan hal ini sama sekali tak merepotkan Reita, justru ia sangat senang berada di samping Ruki setiap hari.
            “Ruki, kau mau makan apa ?” Tanya Reita ketika mereka sampai di kantin.
            “Entahlah Reii, aku tak lapar.”
            “Jangan begitu, kau pasti belum sarapan khan ?? Sebaiknya kau makan, bagaimana nanti kalau kau pingsan ?” Reita tampak sedikit khawatir dengan teman yang tingginya hanya sebahunya itu.
            “Bagaimana kau tahu aku belum sarapan ??” wajah Ruki sedikit heran.
            “Wajahmu itu lesu sekali tahu, ayo cepat makan supaya kau tampak lebih ceria” Reita menarik pinggiran bibir Ruki ke samping memaksa Ruki menampakan sebuah senyum.
            “Hai.. hai.. Hahaha, kau ini., perhatian sekali denganku. Kai nii-san saja tak sampai seperti itu. Paling kerjanya hanya meledekku” Ruki tertawa tanpa beban.
            Wajah Reita pun langsung menampakkan rona-rona pink berkat perkataan Ruki tadi, tapi sayangnya tertutup noseband yang setia menempel di hidungnya.
            ’Ruki, kau tahu. Aku begitu senang melihat dan mendengar tawamu itu. Aku sudah tak tahan dengan ini semua. Mampukah aku berterus terang padamu, aku hanya ingin mengatakannya...’ Reita berbisik dalam hatinya. Menahan gejolaknya untuk sekedar mendekap malaikat dihadapannya.

~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~
            -drrrtttt..... drrrtttt.....-
            Pukul 01.00 dini hari, Ruki masih terjaga sambil mendengarkan i-podnya, tapi tiba-tiba saja handphonenya yang berada di atas meja belajar bergetar. Dengan cepat ia menyambar benda silver itu.
            ”Moshi-moshi....”
            Terdengar diseberang sana helaan nafas yang cukup panjang lalu menjawab sedikit gugup,”,, moshi-moshi Ruki...”
            ”Owh, Hay. Tumben kau menelepon, ada apa  Rei?”
            Reita sedikit bingung mau menjawab apa. Sebab ia tak ada alasan pasti, hanya ingin mendengarkan suara Ruki.Yah, Itu saja. Tapi tak mungkin ia berkata demikian.
            “Ti-tidak ada, aku hanya sedang bosan. Jadi aku meneleponmu untuk sekedar mengobrol. Tapi kalau aku menggangu ya sudah, aku tutup saja...” 
            ”Hahaha, aku juga sedang bosan. Bersyukur sekali kau meneleponku. Uhhm, ngomong-ngomong kau sedang apa ?”
            ”Bernafas...”
            ”Huh??” Ruki tak mengerti dengan jawaban Reita.
            ”Maksudku, aku sedang tidak melakukan apa-apa. Hanya bernafas.’
            ”Owhh, begitu....” Ruki mengangguk mendengar jawaban Reita, tapi tentu saja yang bersangkutan tidak dapat melihat.
            Diam sejurus, tak ada satu pun dari mereka berdua yang bersuara.
            ”Ruki,, Ruki... Kau masih disana ?”
            ”Ya tentu saja. Mengapa diam ?? Ku pikir kau sudah tidur barusan...”
            ”Ahh, tidak. Aku hanya sedang berpikir tentang sesuatu.”
            ”Hati-hati, jangan terlalu memikirkan masalah sampai sebegitunya. Nanti kau stress lagi, aku tak mau punya teman tak waras, hahahaha” terdengar suara tawa di line telepon itu. Suara tawa itu begitu menenangkan bagi Reita.
            ”Terlambat Ruki, aku ini sudah stress, aku ini sudah tak waras,” Reita berbisik dalam hatinya sambil menikmati tawa Ruki yang masih terdengar.
            ”Ruki, boleh aku jujur ?” tanya Reita diselingi sedikit keraguan.
            ”Tentu, ada apa Rei.”
            ”Ruki, suaramu indah. Maukah kau menyanyikan sebuah lagu untukku.”
            ”Err, apa kau hanya menggodaku Rei?” Merah, wajah Ruki memerah.
            ”Aku bicara fakta, ayolah.. hanya 1 lagu.”

~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~
            Hari ini kelas XII IPA 3 mendapat pelajaran olahraga, termasuk Ruki dan Reita di dalamnya. Ketika sedang bermain voli, tiba-tiba saja...
[buuaaagghhh...!]
 Ruki terkena hantaman bola cukup keras di pipi kirinya. Seketika itu juga Ruki roboh dengan sedikit darah dibibirnya yang sobek. Melihat kejadian itu reflek Reita langsung berlari kearah Ruki dan langsung membopongnya ke UKS.
Di UKS,,
”Tenang Rei, pacarmu ini tak apa-apa. Dia hanya shock...”
”Tapi bibirnya berda-.. Ehh, kau bilang apa barusan?” Reita menangkap satu kata dari perkataan si Dokter UKS, Saga.
”Kubilang, tenang Rei, pacarmu ini tak apa-apa. Dia hanya shock...” Saga mnengulangi kalimatnya dengan sedikit cemberut.
”Sepertinya kau harus meralat omonganmu itu. Dia buka pacarku..” Reita menunduk.
”Lho? Kukira kalian ini pacaran, habis setiap kali kulihat kalian ini pasti selalu bersama. Apalagi gosip-gosip yang kudengar juga begitu,” Saga sedikit terkejut dengan yang Reita katakan.
”Ck, Dasar kau tukang gosip...”
”Biar saja..” Saga memeletkan lidahnya seperti anak umur 5 tahun, ”Tapi apa benar kalian ini tak pacaran ? Apa kau tak menyukainya ? Menurutku dia cukup manis” Saga memandang ke arah Ruki yang masih berbaring, lalu kembali ke arah Reita.
”Dia itu bukan cukup manis, tapi dia itu memang manis. Dan setiap hari bersamanya membuatku semakin gila,’ aku Reita jujur sambil memalingkan wajahnya. Malu mengatakan hal itu didepan Saga. Di depan Ruki terutama, walau ia masih memejamkan matanya.
”Jadi bagaimana ?” Goda Saga.
”Huh? Maksudmu ?”
”Ya perasaanmu padanya, kau ini...”
”Aku.. aku...”
Perkataan Reita langsung terpotong begitu mendengar desahan seperti orang baru bangun dari arah tempat tidur. Reita dan Saga pun langsung menoleh.

TBC 
~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~
Hhohohohoho

No comments:

Post a Comment