Sunday, January 2, 2011

FF :: Ich Liebe Di :: Chp. 1

Title : Ich Liebe Di
Chapter : 1/?

Author : ShioRi aka SeLLy
Band(s) : The GazettE, Alice Nine
Pairing : Reituki… *Reita x Ruki*
Genre : Romance
Rating : T          Apa? Rated M? Kapan2 ajha
Warning : Yaoi ! Don’t Like Don’t Read, *sudah diingetin Lho*
Jadi, No Flame !!
Disclaimer : Fanficnya milikku, tapi GazettE+Arisu’nya punya PSC T.T, sangad disayangkan.
Summary : Lalu sesosok pria mungil memasuki ruangan kelas itu dengan senyum manis yang tergambar jelas di wajah putihnya. Tampak seluruh keras langsung sunyi saat ia masuk, tanda kalau perhatian seluruh murid sedang tertuju padanya. Dan, dibangku paling belakang tampak pula sesosok pria bernoseband yang sedikit terkejut dengan kedatangan murid baru itu
Note(s) : Judul kemungkinan kagak nyambung ama isi cerita.
Karena authornya emang gak nyambung.
N’ siapain kantong plastik qLo anda muaL,, hhaha



“talk”
‘mind’
Hak Cipta Dilindungi Oleh Tuhan yang Maha Esa

Suatu sinaran indah melayang menuju pandanganku. Elokkah ia menurutmu ? Tapi menurutku ia sosok yang kejam. Menghantui mimpi tenangku. Malamku terusik. Aku bagai tersedot ke dalam dunia berbeda. Yang hanya ada aku dan dia. Separuh inginku hendak lepas darinya, tapi setengah hasratku malah ingin terus bersamanya. Menatap genangan senyum bersih yang ia alirkan padaku. Aku tersadar. Aku memang berada di dunia berbeda. Bukan ia yang menarikku, tapi aku yang mengejarnya.
“Aaaaarrgghhh, kenapa kau membuatku jadi begini,,!!!” Reita berteriak di dalam kamarnya sambil mengacak-acak rambut. Ia benar-benar tak habis pikir, kenapa dirinya bisa kacau seperti ini. Gila, ini gila !! Kenapa dikepalanya hanya ada bayang-bayang wajahnya. Hanya karena sesosok pemuda mungil itu, mampu membuatnya menjadi seperti orang tak waras saat ini.
“Apa aku harus menghubunginya ?! Ahh, sungguh membingungkan.”
“Hubungi saja..” Reita terlonjak mendengar suara Uruha, kakaknya yang tiba-tiba. “Kalau kau memang ingin bicara dengannya, hubungi saja. Toh, kau sudah punya nomornya.”
“Tapi, aniki…”
“Hahaha, kau pengecut. Mana adikku Reita, si Cassanova itu. Katanya pangeran sekolah, masa baru menghadapi yang begini saja sudah KO duluan.” Uruha cekikikan melihat tampang adiknya yang kesal bercampur salah tingkah.
‘Dasar Baka Aniki,’ Reita mengguman dalam hati.
“Tapi, ini beda…” Reita menunduk.
“Sama saja, tapi terserah kaulah.” Uruha memberi jeda pada kalimatnya,”Asal, kau jangan menyesal nantinya kalau sudah terlambat” Uruha mengedipkan sebelah matanya, lalu keluar dari kamar Reita.
“Ruki…Arrrggghhhh…..!!!” Reita merebahkan dirinya di kasur sambil terus mengguman tak jelas.

[Flashback]

[gubbrrraaaakkk !]
“Gyaaa, gomen,, gomen !” sesosok pria mungil secara tak sengaja menubruk Reita ketika ia sedang berjalan dengan membawa begitu banyak tumpukan buku, sehingga menghalangi pandangannya. Ia pun segera memunguti buku-bukunya yang berserakan di atas tubuh Reita, dan segera meminta maaf.
“Makanya, perhatikan jal- !…” seketika omelan Reita berhenti ketika ia melihat sosok didepannnya. Manis, begitu pikir Reita.
Apa Kau ingin menghukumku sekarang ? Balasan atas permainan cinta yang selalu ku lakukan, kini Kau tak memberiku ruang nafas. Sesak, aku sesak menatapnya. Kenapa tubuhku tak bisa bergerak. Degup jantung ini berdetak berpacu. Pandanganku terpaku tertahan padanya. Apa Kau ingin menjeratku, agar tak berpindah lagi. Terima kasih, detensi ini begitu menyenangkan. Mengirimiku sebuah kekang berparas malaikat.

“Go, gomen…” perkataan pria mungil itu menyadarkan Reita dari lamunannya.
“Eh, sudahlah tak apa, aku baik-baik saja kok, bagaimana denganmu ?” Reita seketika melembut.
“Ah, aku baik-baik saja. Sekali lagi, gomen ne.” Jawab pria mungil itu sambil membungkukkan badan.
“Eerr,,hahaha, sudahlah tak apa-apa, hhe,” jawabnya sambil menutupi kegugupan yang tiba-tiba saja muncul,
“Ehm… *Reita menggaruk-garuk belakang kepalanya* Boleh aku tahu namamu ?” tanya Reita.
“Tentu saja, aku Ruki. Kau ?” Ruki menjawab sambil tersenyum mengulurkan tangannya. Sh*t ! Kenapa Reita jadi merasa aneh ketika melihat senyum itu.
Reita salah tingkah, “Aa..aku Reita…”. Seketika seluruh tubuhnya seperti tersengat aliran listrik begitu menyambut tangan Ruki.
‘Hangat’
“Ooh, salam kenal Reita,” tiba-tiba ada seseorang dari kejauhan yang memanggil Ruki, itu Kai, kakaknya, “Hei Reita, sudah dulu ya. Aku sudah ditunggu nii-san. Sampai jumpa, mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi. Jyaa, ne…!” Ruki melambaikan tangannya sambil berlari kearah Kai.
“Jyaa…,Eh !!” Ketika Reita hendak berlalu dari tempat itu, tak sengaja ia menginjak sesuatu. “Kartu ?”
Setelah dipungutnya, lalu ia membaca tulisan yang tertera pada kartu itu.
“Kartu Anggota Perpustakaan ? Takanori Matsumoto, 0859361XXXXX” Mulut Reita seketika membulat melihat foto pada kartu itu, “Ini Milik Ruki…”

[End of Flashback]

~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~

Esoknya, Reita kembali ke perpustakaan itu. Yah, mungkin saja ia akan bertemu lagi dengan Ruki. Dan, feelingnya tepat sekali. Ia memergoki Ruki yang sedang berjinjit dengan susah payah mengambil buku di rak atas.
“Ini bukumu…..”
“Arigatou… Eeeh o_O, ! Re,, Reita ? Kau Reita khan ? Yang kemarin itu ?” Ruki sedikit terkejut Reita tiba-tiba muncul disampingnya dan mengambilkan buku.
“Hehe,, iyha, ini aku.” merasa sedikit senang Ruki masih mengingatnya.
Ruki tersenyum,“ Wah, kebetulan sekali ya kita bertemu lagi disini,”
‘Manis sekali O///O,’ Muncul guratan – guratan merah disekitar wajah Reita. Berterima kasihlah pada sang noseband yang berhasil menutupinya.
“Sebenarnya sih tidak kebetulan, aku sengaja kesini untuk mencarimu. Yah, aku pikir pasti kau akan kesini lagi,,”
Ruki mengangkat sebelah alisnya, lalu kembali tersenyum.
“ Mencariku ? Memangnya ada perlu apa Rei,, ?”
“Ini…..” Reita menyerahkan selembar kartu pada Ruki.
“Ini khan kartu perpustakaanku.
Wah, arigatou Rei. Aku sudah mencari ini seharian, ternyata kau yang  menemukannya. Aku senang sekali.” Ruki tampak seperti anak kecil, begitu kegirangan.
Reita hanya menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum merona.

~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~::~

“Baiklah anak-anak, hari ini kalian akan kedatangan murid baru. Silahkan masuk.” Nao-sensei memberi isyarat untuk memanggil murid baru tersebut untuk memasuki kelas.
Lalu sesosok pria mungil memasuki ruangan kelas itu dengan senyum manis yang tergambar jelas di wajah putihnya. Tampak seluruh keras langsung sunyi saat ia masuk, tanda kalau perhatian seluruh murid sedang tertuju padanya. Dan, dibangku paling belakang tampak pula sesosok pria bernoseband yang sedikit terkejut dengan kedatangan murid baru itu, mulutnya membulat membentuk huruf ”O”.
Jerat itu benar-benar datang. Tiba dengan cara yang tak pernah terlintas dalam jalan khayalanku. Benarkah ia memang untukku ? Benarkah ia yang Kau beri untukku, Aku bagai tenggelam dalam hipotesa imajinasiku sendiri. Antara detensi atau anugrah. Jeratku telah tiba. Menghampiriku dengan desir-desir auramu. Menembus hingga sel terkecil tubuhku.
“Yak, silahkan memperkenalkan diri di depan teman-teman barumu,” ucap Nao-sensei.
“Hai, sensei.
Hajimemashite Minna san, watashi wa Takanori Matsumoto desu, tapi kalian bisa memanggilku Ruki. Saya pindahan dari Hokkaido. Douzo yoroshiku.”
Nao-sensei mengangguk “ Baiklah Takanori-san, silahkan cari tempat duduk yang kosong. Oh ya, anak-anak, hari ini Shou-sensei tidak dapat mengajar, beliau sedang sakit. Dan beliau juga tidak menitipkan tugas, jadi kalian mendapat jam kosong hari ini. Ketua kelas, tolong jaga kelas agar tidak ribut,” Nao-sensei memberi pengumuman yang tentu saja amat sangat menggembirakan, karena dengan tidak masuknya Shou-sensei, berarti ulangan sejarah Jepang ditunda.
“Hai, sensei,” jawab Tora, sang ketua kelas.
Di depan kelas, Ruki terlihat sedang clingak-clinguk mengamati seluruh kelas untuk mencari tempat duduk. Dan, secara tidak sengaja matanya menangkap sosok yang sepertinya dikenalnya. Lalu ia berjalan mendekati orang itu.
“Ehm, Reita ?’ panggilnya ragu.
Seketika, orang yang dipanggilnya itu sukses tersadar dari lamunannya –yang entah apa- dan seketika menoleh ke arah Ruki.
“Ru,,ruki ? Err, hai,” Gugup ?, yah itu yang dirasakan Reita saat ini. Dan perutnya terasa penuh seperti berisi ribuan kupu-kupu. Reita berpikir mencoba mencari kata-kata yang tepat, “Se,,senang sekali rasanya kau menjadi murid baru disini.”
’Ya Tuhan, Ruki masuk di sekolah gue. Satu kelas ama gue. Satu Bangku ama gue. Mimpi apa gue semalem ya. Ah iya, mimpi digigit anjing tetangga. Sialan.’
“Yah, aku juga senang Rei, apalagi aku senang tidak menyangka kita akan satu sekolah, satu kelas bahkan.” Jawabnya penuh semangat.
“Aku juga,,” Reita tersenyum sangat manis. Dan yakin, senyum itu akan sangat ampuh untuk membuat siswi-siswi satu sekolah pingsan karenanya.
“Ehm., Rei, boleh aku duduk disini,” Ruki menunjuk bangku kosong disebelah Reita.
“Tentu, silahkan.”

TBC
“““““““““““““““““

Segini dulu deh,, maklum writer’s block langsung menyerbu..
hhehe….

No comments:

Post a Comment